Langsung ke konten utama

Aplikasi Koreksi Jawaban Essai




Algoritma AES
  
Dalam Mar´ın (2004) sejarah perkembangan sistem pengkoreksian jawaban essai sebagai berikut :
Tahun 1966, Page membuat sistem pengkoreksian jawaban yang dikenal dengan nama Project Essay Grader (PEG). Sistem ini dibuat untuk meningkatkan kinerja staf pengajar dalam hal proses penilaian jawaban. PEG kemudian menjadi pelopor CAA. Namun hingga tahun 90an tidak ada penelitian yang sejenis dan penelitian tentang PEG pun dihentikan. Tahun 1990, kondisi sedikit mengalami perubahan, seorang ilmuan yang bernama Webster (1990) berpendapat bahwa komputer dapat digunakan untuk pengkoreksian jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, tetapi dengan teknik yang lebih baik. Dari sinilah selanjutnya penelitian CAA mulai dilakukan lagi.
Perkembangan teknologi lain yang berhubungan seperti Natural Language Processing (NLP) dan Information Retrieval (IR), dapat digunakan sebagai metode baru sehingga berdampak pada perkembangan penelitian sistem Penaksiran Essai Otomatis atau Automated Essay Assessment.
Hasil penelitian selanjutnya yaitu Educational Testing Service I yang dikembangkan oleh organisasi Educational Testing Service (ETS) di USA. Pada awal mulanya masih terdapat kekurangan karena hanya bekerja pada kalimat yang pendek saja (tidak lebih dari 20 kata).
Pada tahun 1993, Wresch (1993) berpendapat bahwa hasil penelitian sejauh ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan, instansi atau lembaga pendidikan belum banyak menggunakan perangkat lunak pengkoreksian jawaban essai karena kurangnya informasi dan publikasi sehingga staf pengajar banyak yang tidak mengetahui perangkat lunak ini.
Tahun 1997, sistem yang awalnya dikembangkan oleh Page telah berkembang pesat dan mulai tersedia dalam bentuk komersil. Pada tahun yang sama terdapat tiga sistem baru yang diperkenalkan antara lain :

  1. The Intelligent Essay Assesor, dikembangkan oleh Colorado University USA. Sistem ini berbasis pada Latent Semantic Analysis (LSA). (Foltz : 1999)
  2. E - rater merupakan pembaharuan versi dari ETS I, menggunakan pendekatan hybrid yang dikombinasikan dengan NLP dan Statistical Technique. Penilaian jawaban pada sistem ini berdasarkan pada pengorganisasian jawaban, sturuktur kalimat, dan content jawaban (Burstein, Kukich, Wolff, Lu, Chodorow, Bradenharder and Harris, 1998)
  3. IntelliMetric, dibuat oleh American Company Vantage Learning Technologies, yang berbasis pada pendekatan kecerdasan buatan untuk menaksir style dan content jawaban (Vantage Learning Tech., 2000)

Tahun 1998,  E - rater sangat baik digunakan dalam hal mengevaluasi berdasarkan style, tetapi memerlukan sebuah sistem tambahan yang fokus berdasarkan content. Oleh karena itu, dikembangkan C - rater  (Burstein, Chodorow dan Leacock, 2001).
Sejak tahun 1999, ETS mulai menggunakan E - rater dalam ujian GMAT (Graduate Management Admissions Test). Dua tahun kemudian, ETS memulai proyek Criterion (Burstein, Chodorow and Leacock, 2003). Hasilnya berupa Criterion 1.0 yang berbasis web. Criterion 1.0 dibuat berdasarkan pada teknologi E - rater. Setahun kemudian dirilis versi Criterion 2.0, yang digunakan lebih dari 200 institusi dan pada bulan Desember 2002 telah digunakan kurang lebih 50.000 pengguna.

Penelitian dengan metode lain antara lain  :

a.       Larkey (1998) yang memperkenalkan sistem dengan metode Text Categorization Techniques (TCT), sisi kompleksitas teks, dan metode linear regression.
b.       Christie (1999) dengan Schema Extract Analyze and Report (SEAR), yang menggunakan teknik  pattern-matching.
c.       Mitchell (2002) mengembangkan Automark,  sistem yang menggunakan teknik NLP.
d.       Ming, Mikhailov dan Kuan (2000) membuat IEMS yang menggunakan teknik Indextron (Mikhailov, 1998)
e.       Dessus, Lemaire dan Vernier (2000) membuat ApexAssess,,yang menggunakan LSA (Foltz, 1999).

Tahun 2001, Callear, Jerrams-Smith dan Soh  dari University of Portsmouth (UK) mengembangkan Automated Text Marker (ATM). ATM dapat memberikan skor yang independen, yaitu pemberian skor dapat berdasarkan style dan juga berdasarkan content. Peneliti lain dari Rudner dan Liang (2002) yang membuat Bayesian Essay Test Scoring System (BETSY) yang berdasarkan pendekatan statistik.
Tahun 2002, muncul sistem baru bernama Paperless School Free Text Marking Engine (PS-ME), yang dkembangkan oleh Mason and Grove-Stephenson (2002), dengan Bloom’s Taxonomy Competencies (Bloom, 1956) yang memproses jawaban menggunakan teknik NLP.
Tahun 2003, terdapat 2 buah sistem baru yaitu Auto-marking, yang dibuat oleh Sukkarieh, Pulmand dan Raikes (2003), berbasiskan pada teknik NLP dan pattern-matching. Sistem yang kedua yaitu CarmelTC, yang dibuat oleh Ros´e, Roque D dan VanLehn (2003), menilai jawaban essai dengan  cara machine learning classification dan naive Bayesian classification.





Komentar

  1. terima kasih. sangat membantu saya dalam mencari referensi untuk judul skripsi saya :) +

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Swiss-Belhotel Pontianak

Located on Jalan Teuku Umar Pontianak, Swiss - Belhotel Pontianak stand nearly 23 storeys above 4600 square meters of land will certainly also have bed rooms 350 rooms of various classes built with the concept of MICE Business Hotel with premium class. Swiss - Belhotel Pontianak Facilities Swiss - Belhotel Pontianak designed for multifunctional, the swimming pool will be attached to the top storey, so guests may enjoy the wonder of the city from above. Other features, including Business Center that will facilitate your work, swimming pool, gym, meeting rooms, lobbying, to cafes and restaurants. In addition you will have 10 other spaces that could be useful for conferences, exhibitions and appointments.

Mall Baru di Kubu Raya Pontianak

Akan hadir  Mall of borneo  yang akan menjadi mal terbesar di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, tepatnya Jl. Arteri Supadio Kubu Raya, dekat dengan batas kota Pontianak. Mall dengan konsep  kesatuan yang memberikan investasi yang sangat produktif.  Mal dengan luas bangunan 233 ribu m2 yang terdiri dari 5 lantai dan bangunan yang akan digunakan hotel. Pembangunan Mall of Borneo yang akan ada selain mall, hotel dan kompleks ruko serta taman buatan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang modern. Dukungan datang dari pemda setempat, terbukti pada saat Ground Breaking, Gubernur Kalimantan Barat mendukung penuh pembangunan Mall of borneo dalam kata sambutannya "Kubu Raya ini sangat potential untuk sektor perdagangan dan jasa serta investasi lainnya sehingga daerah ini terus berkembang dan maju setelah kota Pontianak." Selain itu Bupati Kubu Raya juga  memberikan pe ndapatnya, "Ini akan menjadi ikon baru bagi Kubu Raya, kalau selama ini masy...

Runway Bandara Internasional Supadio menjadi 2.600 x 45 meter

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (AP II) Muhammad Awaluddin mengatakan dengan dimensi runway yang lebih panjang maka Bandara Internasional Supadio akan semakin mudah melayani warga Kalimantan Barat khususnya Pontianak dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji. Landasan pacu (runway) di Bandara Internasional Supadio (Pontianak) diperpanjang untuk bisa melayani penerbangan pesawat berbadan lebar atau widebody. Proyek perpanjangan runway dari 2.250 x 45 meter menjadi 2.600 x 45 meter dimulai tahun 2019